Keutamaan Menebar Salam

>> Rabu, 03 Juni 2009

As-Salamu 'Alaikum

Sebagai ajaran Rabbani Islam memang lengkap dan sempurna. Islam mengatur segenap urusan kehidupan manusia dari perkara yang paling kecil hingga perkara yang paling besar. Dari urusan yang bersifat individual hingga urusan sosial.

Salah satu tuntunan Islam ialah perkara bertegur sapa antara seorang beriman dengan Muslim lainnya. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mencontohkan bahwa bila seorang Muslim berjumpa dengan Muslim lainnya, maka hendaklah ia mengucapkan sapaan khas Islam yaitu As-Salamu ‘Alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh, artinya Salam damai untukmu dan semoga Rahmat dan Keberkahan Allah menyertaimu. Subhanallah...! Begitu indahnya tegur-sapa yang diajarkan agama Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman.

Bahkan dalam suatu kesempatan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan tindakan mengucapkan salam sebagai bentuk ajaran Islam yang lebih baik. Menebar salam disetarakan dengan memberi makanan kepada orang yang dalam kesusahan.

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ

تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam: “Manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Hendaklah engkau memberi makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak.” (HR Bukhary)

Dalam hadits yang lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan korelasi antara mengucapkan salam dengan saling mencinta antara satu Muslim dengan Muslim lainnya. Kemudian korelasi antara saling mencinta dengan keimanan. Kemudian akhirnya korelasi antara beriman dengan izin dari Allah untuk masuk surga, negeri keabadian yang penuh dengan kesenangan abadi.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا

أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

Berkata Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman. Kalian tidak beriman secara sempurna sehingga kalian saling mencinta. Maukah kalian aku tunjukkan suatu perkara bila kalian lakukan akan saling mencinta? Biasakanlah mengucapkan salam di antara kalian (apabila berjumpa).” (HR Muslim)

Dengan kata lain Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ingin menjelaskan bahwa kumpulan Muslim yang tidak suka saling menebar salam maka tidak akan saling mencinta. Bila atmosfir saling mencinta tidak ada, maka keimanannya diragukan keberadaannya. Dan jika keimanannya diragukan, maka kemungkinan masuk surga-pun menjadi kecil.

Saudaraku, marilah kita berlomba untuk masuk surga dengan jalan senantiasa menebar salam satu sama lain di antara sesama kaum muslimin. Sungguh sederhana, namun sebagian kita enggan melakukannya. Padahal akibat yang ditimbulkannya menjadi idaman setiap Muslim: Masuk surga...! Bukankah ini bentuk kompetisi satu-satunya yang dibenarkan Allah untuk diperebutkan di antara sesama Muslim?

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا

السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS Ali Imran ayat 133)

Ya Allah, aku mohon kepadaMu akan RidhaMu dan SurgaMu dan aku berlindung kepadaMu dari MurkaMu dan NerakaMu.

Sumber :

www.eramuslim.com

Read more...

Menjaring Cinta di Dunia Maya

>> Selasa, 02 Juni 2009




Barisan kata diatas adalah kata-kata yang biasa muncul di layar monitor komputer dalam sebuah dialog antar dua layar yang biasa disebut chatting. Sebuah fasilitas dialog dunia maya (internet) yang sedang digemari terutama oleh kalangan muda dan profesional. Penggunaannya kemudian tidak hanya sebagai sarana komunikasi seperti halnya telepon, surat ataupun email.

Internet dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan begitu memanjakan para penggunanya. Hanya dengan memainkan jari jemari sekedar menekan 'tuts' dan mengklik 'mouse' sepersekian detik saja anda sudah mampu menembus dunia tanpa batas ruang dan waktu. Dan salah satu yang sedang digemari dan tetap banyak penggunanya hingga saat ini adalah chatting.

Di kalangan muslim, fasilitas chatting awalnya digunakan untuk ajang silaturahim dan taushiah. Namun seiring perkembangan kebutuhan serta kesibukan para penggunanya, disamping juga sifat 'memanjakan' yang diberikannya, fasilitas tersebut tidak hanya menggantikan peran surat yang dianggap 'tradisional' disamping juga karena faktor kelambatan penyampaian informasinya, telepon yang biayanya relatif lebih mahal terlebih jika harus menggunakan sambungan interlokal, bahkan media-media silaturahim dengan acara 'tatap muka' pun bisa tergantikan dengan fasilitas satu ini, karena anda bisa mengirimkan gambar (pic = singkatan dari 'picture') ke layar teman bicara anda.

Awalnya, setiap pengguna (user) pemula adalah coba-coba atau sekedar iseng karena diberitahu teman sedkit tentang 'nikmat'nya ber-chat ria di depan layar komputer. Awalnya pula anda akan seperti orang 'bego' saat barisan kata-kata muncul di layar monitor anda dan kemudian anda tertarik untuk menjawab setiap pertanyaan yang muncul. Namun kemudian setelah sekian lama mencoba, anda mulai menikmati dan membenarkan cerita teman anda tentang nikmatnya chatting. Anda sudah mulai faham istilah-istilah seperti; asl, btw, thx, fyi, dan lain-lain dimana sebagian istilah tersebut juga berlaku dalam pengiriman surat elektronik (email) ataupun kode-kode seperti :), :(, :D, :p, :)), ;-| dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu, secara tidak sadar anda mulai sering senyum-senyum bahkan tertawa sendirian seolah lawan bicara anda yang letaknya entah dimana itu sedang berada persis didepan anda.

Tebar Pesona di Dunia Maya

Bisa dipastikan, kecenderungan setiap chatter (para pengguna fasilitas chat) adalah menyembunyikan identitas aslinya, hal itu terlihat dari nickname yang mereka gunakan sebagai identitas awal mereka. Namanya bisa terkesan sangat asing atau tidak sedikit yang kadang konyol bahkan mengada-ada. Co-keren, co-cute, barbiegirl, ce-manis, whitesoul dan lain-lain adalah sedikit contoh dari jutaan nickname yang biasa mangkal di berbagai chatroom.

Sudah menjadi sifat manusia untuk tidak percaya dengan orang lain, terlebih yang baru dikenalnya. Itulah salah satu alasan kenapa para chatter cenderung menyembunyikan identitas aslinya. Tidak hanya pada nama, bahkan informasi yang berkenaan dengan usia, tempat tinggal (lokasi), pekerjaan dan tempat kerja, sampai --ini yang paling sering dirahasiakan-- marital status!

Sikap kehati-hatian yang menjadi alasan awal untuk menyembunyikan identitas itu kemudian berlanjut dalam obrolan berikutnya, selanjutnya dan seterusnya. Bisa dikatakan, karena awalnya sudah memalsukan identitas -kalau tidak terlalu kasar untuk disebut berbohong- maka jawaban-jawaban atau pernyataan seterusnya akan cenderung palsu juga. Uniknya, meski para chatter seolah sudah saling mengerti bahwa masing-masing lawan bicara cenderung 'omong palsu' karena mereka pun melakukan hal yang sama, para chatting mania itu ternyata sangat menikmati obrolan (palsu) tersebut.

Maka tidaklah mengherankan jika chatting kemudian berkembang menjadi suatu arena 'tebar pesona' diantara para penggunanya. Mulai dari atraksi intelektual, untaian kata indah menyentuh hati (biasanya dilakukan terhadap lawan jenis) hingga rayuan gombal pun tidak lepas menghiasi layar monitor anda. Meski demikian tidak semua chatroom berisi hal-hal penuh kepalsuan dan juga para chatter yang cenderung berbohong, karena tentu masih ada chatroom-chatroom yang lebih mengkedepankan aspek-aspek dialog bermanfaat dengan para chatter yang juga melakukan chatting dengan tujuan yang relatif lebih jelas, lebih bernas ketimbang sekedar tebar pesona atau curhat-curhatan. Untuk kelompok yang satu ini, bahkan mereka tidak segan-segan keluar dari chatroom jika pembicaraan sudah mengarah kepada hal yang sia-sia dan kurang bermanfaat.

'Pacaran' di Dunia Maya

Sebuah situs Islam lokal di Indonesia yang menyediakan fasilitas konsultasi dan tanya jawab seringkali mendapatkan email-email dengan pertanyaan yang hampir sama, seperti, "bolehkah ta'aruf dengan lawan jenis melalui internet/chatting?" atau bahkan "apa hukumnya mencari pasangan hidup dari hasil chatting?"

Bahkan ada netters yang terang-terangan mengakui bahwa dirinya lebih 'pede' (percaya diri) melakukan obrolan melalui chatting atau email daripada harus bertemu langsung. Di kalangan pemuda-remaja muslim, chatting dianggap sebagai wadah yang lebih 'safety' untuk melakukan silaturahim atau berdiskusi ketimbang harus bertatap muka dengan resiko berkhalwat. Maka dengan anggapan yang bisa dibilang terburu-buru itu, maraklah chatroom-chatroom itu dipenuhi oleh para muslim-muslimah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang notabenenya berlabel aktifis.

Pada satu sisi, kemajuan teknologi memang tidak dapat dibendung lajunya dan sebagai muslim yang juga ingin maju sudah tentu tidak ingin ketinggalan dalam mengikuti perkembangan dan trend teknologi terbaru jika tidak ingin disebut 'gaptek' atau gagap teknologi. Namun disisi lain tanpa disadari telah menggeser sedikit demi sedikit norma-norma pergaulan yang awalnya menjadi sesuatu yang tabu dilakukan antar lawan jenis. Misalnya, yang biasanya 'tidak berani' berbicara langsung dengan alasan menundukkan pandangan dan menghindari berkhalwat, kini bebas ber 'haha-hihi' di ajang chatting meski satu sama lain belum betul-betul saling mengenal.

Tidak sampai disitu, dari mulai mentertawakan bersama hal-hal yang lucu yang muncul dari barisan kata-kata di layar monitor sampai pengungkapan identitas diri yang sebenarnya, memberikan jawaban-jawaban atau solusi atas setiap permasalahan teman bicaranya, yang kesemuanya masuk dalam skenario tebar pesona para chatter, dimana hal itu tidak berani mereka lakukan di dunia nyata dengan alasan tidak 'pede' karena berbagai kekurangan fisik dan nonfisik yang dimilikinya, muncullah benih-benih harapan baru bahwa ingin menjadikannya lebih dari sekedar teman bicara atau berdiskusi. Ajaib memang, manusia-manusia yang selama ini mengalami gejala inferiority, internet mampu menyulapnya menjadi manusia superior yang penuh percaya diri, setidaknya selama ia masih berada di dunia maya.

Jadilah hari-hari selanjutnya penuh pesona bunga merona cinta. Ayunan jari jemari diatas tuts keyboard seakan menjadi saksi betapa mereka sedang dibuai asa merenda masa depan. Barisan kata-kata yang tertuang di layar monitor mulai terukir indah penuh makna, perhatian bahkan kasih sayang dan cinta. Setelah itu, timbullah keinginan untuk copy darat, istilah para chatter untuk melakukan pertemuan atau tatap muka secara langsung untuk mengakhiri rasa penasarannya selama ini akan wujud asli dari si pembuai maya.

Ups! Sampai disini hati-hati karena bisa jadi tanpa disadari anda sudah melakukan zina hati. Jika chatting yang anda lakukan sudah mengarah kepada hal-hal yang tidak ada bedanya dengan layaknya orang berpacaran, seperti mengumbar pesona untuk menarik hati, memberikan perhatian yang berlebihan yang belum sepantasnya anda lakukan, memberikan atau menaruh harapan yang berlebihan akan cinta dan cita masa depan.

Bukan berarti juga ada larangan melakukan chatting untuk tujuan ta'aruf pra nikah. Hanya saja masalahnya, hal itu tidak dikondisikan dan dikomunikasikan sedemikian baik dan terjaga dari permainan hati yang bisa jadi syaitan bermain di dalamnya (na'udzubillaahi min dzalik).

Jika kita bisa berbicara (soal hati dan kecenderungan terhadap lawan jenis) dengan kadar yang sewajarnya, dengan hati yang tetap terjaga dari kemungkinan munculnya hasrat yang cenderung kepada nafsu, dengan sikap dan kata-kata yang tidak akan merusak dan menghilangkan hakikat tujuan dari ta'aruf dan ukhuwah itu sendiri serta tidak malah terjebak pada permainan kata-kata perhatian (taushiah) berselubung cinta, tentu masih bisa dibenarkan. Namun masalahnya, seberapa dari kita yang benar-benar siap dan sanggup melakukan hal tersebut. Dan jika secara jujur dalam hati ini merasa berat, sebaiknya hindari dan lebih baik memilih lawan bicara yang sejenis untuk lebih menjaga hati tetap bersih. Wallahu a'lam bishshowaab (Bayu Gautama)

_______________________
Sumber : eramuslim.com

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP